Karena Aku ingin tetap sahabatmu
Aku biasa menuliskan cerita
tentang orang-orang yang dekat denganku, sahabat2ku, temen2 kelasku. Dan kali
ini aku akan menulis tentang sahabat dan kakak bagiku. Aku tak akan menyebutkan
namanya, namun nanti aku akan mengirimkan alamat page ini kepadanya. Aku ingin
ia membacanya.
Ia baru saja ditinggalkan
ayahnya. Aku ikut meneteskan airmata ketika menutup telpon darinya. Bukan
karena ia habis bercerita ‘luka’ atau ‘duka’ yang ia rasa. Tapi justru karena
ketegarannya. Ia adalah kakak dari adik-adiknya yang masih kecil, dan saya tau
kelak ia yang akan bertanggung jawab atas mereka. Tapi ia tak takut akan
tanggung jawab itu. Ia tegar, ia kuat, dan dia tabah. Dia menerima semuanya
sebagai janji sang ayah pada Rabb yang telah sampai pada penepatannya.
Ia sahabat bagiku, ia juga kakak.
Aku ingin ia kuat, aku juga ingin ia bahagia, dan benci ketika harus ada hal
yang membuatnya berduka, karena mungkin aku menyayanginya sebagai kakak,
sahabat. Tapi entahlah, aku tak ingin kelak rasa itu bermetamorfosa sehingga merusak
cintaku pada Rabbku. Seandainya dia itu perempuan, muslimah, pasti aku akan
menggenggam tangannya, menapaki masa remaja-dewasa ini dengan saling
bergandengan, saling menguatkan dan mengingatkan sebagai seorang sahabat.
Karena ia laki-laki, maka aku harus
tetap menjaga jarak dan pandanganku darinya. Tapi tetap, ia sahabatku, kakakku.
Yang sering bawel menanyaiku ini itu, menasehatiku dan banyak lagi. Mungkin ada
saatnya nanti kami harus jauh, karena bagaimanapun aku takut lama-kelamaan ini
akan menjadi ‘tak sehat’. Tapi sekarang ini aku masih ingin menemaninya,
membersamainya. Karena aku sahabatnya, karena aku ‘adiknya’ yang akan ada saat
ia butuhkan, dan aku merasa ia masih membutuhkanku. Nanti jika takdirnya kami
harus jauh, pasti ada jalannya, dan biarkan sekarang seperti adanya.
#.........Karena aku, ingin tetap sahabatmu ………..

Komentar
Posting Komentar