Pemuda, Wajah Baru Pendidikan Indonesia


Pendidikan adalah pilar terpenting dalam membangun sebuah peradaban. Pendidikan hari ini menentukan nasib suatu bangsa ratusan tahun kedepannya.  Namun Indonesia, seperti kita tahu, negeri muslim ini sedang mengalami masalah pelik terkait dengan sistem pendidikan. Entah kita yang tidak tahu dimana salahnya atau memang dimana-mana salah. Yang pasti, sekarang sedang riuh ditelinga kita kisruh pelaksanaan UN ditandai dengan keterlambatan pelaksanaan ujian nasional tingkat sekolah menengah atas di 11 provinsi, yang mengakibatkan pengunduran diri ‘kabalitbang kemdikbud’ dan tuntutan sejumlah pihak kepada M Nuh untuk mundur. Belum lagi ketergesa-gesaan dalam rencana pergantian kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013. Sedangkan syarat mutlak implementasi kurikulum adalah guru harus memahami secara benar konsep kurikulum yang akan diimplementasikan. Disini seolah-olah kemdikbud lupa bahwa mereka harus membuat guru sebanyak 2,8 juta lebih di Indonesia harus paham tentang kurikulum baru sebelum mulai diterapkan. Ini baru sebagian indikator rusaknya sistem pendidikan diindonesia saat ini. Yang lain? Masih banyak lagi.
Silahkan ditelusuri,maka tidak akan bisa dipungkiri salah satu sebab krusial kacau balaunya pendidikan di Indonesia, adalah karena sudah jauhnya kita dari pendidikan islam. Seperti firman Allah SWT  kepada orang beriman dalam Al Qur’an. At Tahrim 6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka(...)
Para Sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Bagaimana kita menyelamatkan keluarga kita dari api neraka?” Rasulullah SAW berkata “Dengan memberi mereka pendidikan Islam.”
Inilah jawaban yang negeri ini butuhkan. Pendidikan islam. Pendidikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Ketika bicara tentang pendidikan formal, sayangnya, dinegeri yang mayoritas muslim ini pendidikannya mempunyai pandangan keilmuan yang dikotomik, yaitu adanya pembagian ilmu umum dan ilmu agama. Ini yang harus segera diubah dengan mulai mengintegrasikan nilai-nilai islam dalam setiap kegiatan belajar mengajar, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Setiap ilmu pengetahuan, semua muaranya adalah kekuasaan Allah SWT, sehingga mudah saja kita memasukkan nilai-nilai islam dalam proses belajar.
Namun, ketika semua ini harus dirubah, semua sendi dari sistem ini harus segera diluruskan, semua pilar harus segera dibenahi dari sistem sampai praktik pendidikannya. Siapa yang akan memulai? Siapa yang akan mengembalikan tatanan ini pada tempat seharusnya? Mengeluarkan negara ini dari kebodohan, siapa yang akan menyelesaikan problem-problem yang membelit pendidikan dinegeri ini?
Yah, mari kita ingat lagi kisah Rasululloh SAW, pada suatu ketika seorang anak laki-laki berusia 9 tahun sedang menaiki punggung Nabi SAW. Nabi SAW bersabda kepadanya: “Hai anak muda, beri aku kesempatan memberimu beberapa kata-kata bijak. Jika segala sesuatu dan semua orang berkumpul bersama-sama untuk memberi manfaat bagimu, mereka tidak akan bisa memberi manfaat bagi kamu kecuali apa yang Allah SWT telah tetapkan untukmu. Begitu pula jika segala sesuatu dan semua orang berkumpul untuk merugikan kamu, mereka tidak akan bisa merugikan kamu kecuali apa yang Allah SWT telah tuliskan untukmu.”. Kita heran mengapa Nabi Muhammad SAW memberi pengajaran kata-kata bijak setinggi itu kepada anak semuda dia. Sesungguhnya, Nabi Muhammad SAW benar-benar memahami potensi para PEMUDA. Nama anak muda ini adalah Abdullah bin Abbas RA. Sebagai hasil ajaran ini, Abdullah menjadi salah satu anggota dewan penasehat bagi Umar RA ketika Kekalifahan Islam telah menyebar luas ke beberapa benua. Anak muda inilah yang menjalankan urusan harian dari Kekalifahan Islam yang sangat besar ini.
Ya, Pemuda adalah jawaban selanjutnya. Bukan hanya ulama, pejabat, politisi atau para mentri yang mampu mengatasi masalah-masalah negeri ini, tapi pemuda memiliki peran yang lebih penting. Dengan segala potensi yang dimilikinya, pemudalah yang diharapkan mampu menyelesaikan problema-problema kependidikan.
Sebenarnya, bicara soal pemuda berarti kita membicarakan sosok yang memiliki potensi yang sangat besar dalam melakukan proses perubahan, dengan syarat mereka mempunyai kesadaran dan kecintaan penuh pada agama dan negaranya. Pemuda islam seharusnya adalah sosok yang mempunyai keimanan-energi-semangat-idealisme yang tinggi, keberanian serta bisa menjadi inspirator dengan gagasan dan tuntutannya. Oleh karena itu, sudah seharusnya pemuda diberikan posisi untuk berjuang.
Peran pemuda dalam mengintegraskan nilai-nilai islam melalui pendidikan dapat dibagi menjadi dua ranah. Yaitu melalui pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Namun seperti kita ketahui, untuk pendidikan formal (Sekolah negeri), di negeri kita ini pemuda bergelar sarjana pendidikan banyak menjadi pengangguran. Tidak diberdayakan, padahal secara SDM, insya allah lebih mempunyai semangat perbaikan. Untuk itu, lewat tulisan ini saya ingin menyampaikan gagasan batasan usia pensiun guru, yaitu 55 tahun bukan 60 tahun. Ini ditinjau dari beberapa sisi, salah satunya, banyak guru usia lanjut yang sudah tidak produktif lagi, bahkan dari hasil pengamtan penulis didaerah asalnya, banyak guru ‘sepuh’ yang tidak paham apa itu sebenarnya RPP, hakikat kurikulum KTSP, apalagi kurikulum 2013. Sesuatu yang sangat memprihatinkan jika kaum pendidik tidak paham kurikulum ataupun perangkat pembelajaran, tapi inilah kenyataan. Maka, jika dunia pendidikan ini hutan, perlu diadakannya reboisasi. Perlu ada bibit-bibit baru yang berbobot. Sayang sekali jika jutaan sarjana muda yang penuh semangat, idealisme dan energi disia-siakan. Tapi gagasan ini juga tidak begitu saja ingin menyingkirkan pendahulu-pendahulu kaum guru. Gagasan ini penulis harapkan diikuti kebijakan pemerintah yang lain, yang memikirkan masalah ‘pensiunan’ kaum guru. Memang sudah selayaknya pahlawan tanpa tanda jasa ini mendapatkan perhatian dimasa ‘istirahatnya’.
Namun, ketika saat ini pemuda belum diberi ruang untuk berjuang dari dalam, banyak yang bisa kita lakukan, diantaranya mengawasi kebijakan-kebijakan pemerintah agar pro rakyat sebagaimana peran mahasiswa selama ini yang menjadi perantara antara masyarakat luas dengan pemerintah, ini akan membantu memperbaiki sistem pendidikan yang ada selama ini.
Seperti yang disebutkan diawal, bahwa pemuda memiliki banyak keunggulan, termasuk dalam hal inovasi, dan ide-ide kreatif. Dalam proses belajar mengajar seorang guru membutuhkan media belajar. Ini bisa dimanfaatkan para pemuda untuk mengintegrasikan nilai-nilai islam. Dengan merancang suatu media pembelajaran, yang menyisipkan nilai-nilai islam didalamnya. Media pembelajaran ini, jika efektif, akan mengarahkan guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai islam kedalam mata pelajaran yang diajarnya.
Hal lain yang bisa dilakukan dan sudah banyak dari teman-teman pemuda yang melakukannya adalah dengan mengadakan  sekolah alternatif islami untuk anak-anak kurang mampu (pengamen, penjual koran dsb) dan putus sekolah, ini bisa dilakukan siapa saja, individu maupun melalui organisasi. Yaitu berupa kelompok kecil belajar, yang akan diajarkan membaca, menulis, mengaji, menghitung, maupun keterampilan yang nanti akan membekali anak-anak tersebut dalam meraih masa depannya. Melalui wadah ini, kita bisa menyentuhkan nilai-nilai islam kepada anak-anak jalanan dan kurang mampu, yang mungkin tidak diberikan oleh orang tuanya. Setidaknya, kalaupun mengamen, yang didendangkannya adalah sholawat atau lagu-lagu yang mengingatkan pendengarnya pada Allah, bukan lagu-lagu dewasa yang belum selayaknya.
Pendidikan tidak hanya melalui proses belajar mengajar, namun bisa melalui buku-buku atau bahan bacaan, menuangkan ide-ide lewat tulisan juga bisa disebut perjuangan dalam perbaikan pendidikan kita ini. Banyak sekali jenis buku yang bisa ditulis, mulai dari cerita anak islami, buku panduan seri remaja, buku pengetahuan islam dll.
Jadi, dapat dikatakan bahwa peran pemuda dalam integrasi nilai-nilai islam dapat ditempuh dengan dua jalan, yaitu melalui pendidikan formal, dan nonformal. Yang mempunyai tujuan sama, tujuan mulia, yaitu membuat dan meluaskan atmosfer islam, atmosfer pesantren keseluruh lembaga pendidikan di Indonesia, karena bibit peradaban negeri ini ada di anak-anak, sedang yang bertugas menanam dan merawatnya adalah kita. PEMUDA. Mari bergerak, sekarang. Melakukan apa yang bisa kita lakukan, untuk wajah baru pendidikan Indonesia. Wajah yang bercahaya iman, tentu saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wanita dimata Lelaki

Be better next semester

Keutamaan Orang Yang Hafal Al Qur'an