Walau Hanya
Tak sanggup kuartikan air matamu, embun pagi. Tanpa kau
kirimkan suara-suara sunyi, yang kelak kujadikan tujuan bagi perjalanan. Masih
inginkah engkau berdiam tanpa memberi jawaban, sedang kunanti kalimatmu pada
malam-malam sepi?
Merekah, semerbak bagai bunga. kabar tentangmu sampai ke dermaga. kan kutunggu engkau bersama senja, biar kau lihat betapa kudamba kepak camar yang membawamu pulang. Semoga saja, dalam temaramnya engkau bisa mengerti. Dan kuasa menafsirkan lukisan tentang kehilangan..
Debu dalam bilik kecilmu bukan lagi kaca yang menyekat. Sekarang waktu menghijau, mengizinkan deru tuk berbisik di telinga. Namun benarkah, aku masih harus menunggu? walau hanya engkau satu-satunya, mimpi sederhana yang hingga kini tak bisa kuwujudkan?
Merekah, semerbak bagai bunga. kabar tentangmu sampai ke dermaga. kan kutunggu engkau bersama senja, biar kau lihat betapa kudamba kepak camar yang membawamu pulang. Semoga saja, dalam temaramnya engkau bisa mengerti. Dan kuasa menafsirkan lukisan tentang kehilangan..
Debu dalam bilik kecilmu bukan lagi kaca yang menyekat. Sekarang waktu menghijau, mengizinkan deru tuk berbisik di telinga. Namun benarkah, aku masih harus menunggu? walau hanya engkau satu-satunya, mimpi sederhana yang hingga kini tak bisa kuwujudkan?
Komentar
Posting Komentar